Selasa, 06 Juni 2017

power poin tentang pengertian esai, makalah esai

kritik sastra novel si jamin dan si johan dengan pendekatan objektif

Kritik Objektif pada Novel Si Jamin dan Si Johan Karya Merari Siregar

SINOPSIS
Di tepi Jl. Mangga Besar yang dulunya bernama Prinselaan di Taman Safari terdapat sebuah rumah yang sedikit tua. Rumah itu tak terurus bagai tak berpenghuni. Di dalam nya tinggalah seorang wanita bernama Inem dan kedua orang anak bernama Jamin dan adiknya bernama Johan dan ayah kandungnya. Jamin dan Johan adalah sepasang kakak beradik, yang ibunya sudah meninggal dunia. Sehingga mereka tinggal bersama ayah kandungnya, dan ibu tirinya. Mereka dipekerjakan oleh ibu tirinya, Inem untuk  meminta-minta, dan memberikan hasil dari minta-minta itu untuk kesenangan ibu tirinya, yang merupakan seorang pecandu. 
Sore itu Inem ibu tiri Jamin dan Johan menunggui kedatangan Jamin,bukan karena kuatir tetapi untuk meminta uang dari Jamin meminta-minta. Karena sebagian uang meminta-mintanya ia belikan nasi untuk ia dan adiknya Inem pun marah hingga menendang si Jamin. Sebenarnya Inem menyiksa Jamin dan Johan merupakan hal yang biasa karena memang wanita itu sangat jahat. Untung Jamin dan Johan adalah anak yang sabar dan penurut. Jamin dan Johan selalu mengingat perkataan almarhum ibunya untuk selalu di jalan Allah dan saling menjaga sampai kapan pun. Mereka tidak pernah dendam pada ibu tirinya.. Bertes, ayah Jamin dan Johan juga suka mabuk hingga kedua anak itu dipukulnya karena tak sadar. Bertes berasal dari Saparua, Ambon. Ia meninggalkan kota kelahirannya untuk menjadi serdadu karena ia pikir, ia akan mendapat gaji besar. 
Waktu itu kedua orang tuanya tidak merestui tapi ia tidak memperdulikan hingga ia menjadi serdadu di Aceh. Saat Bertes sakit karena peperangan yang terjadi di Aceh, ia baru sadar bahwa ia banyak salah pada orang tuanya maka dari itu, ia bercita-cita kembali ke kampung halaman dan mencari pendamping hidup. Ternyata orang tuanya telah meninggal. Ia begitu menyesal dan sangat merasa berdosa pada orang tuanya. Setelah itu ia bertemu dengan Mina dan hidup dengan Mina di Prinselaan, Taman Sari. Awalnya rumah tangga mereka baik-baik saja apalagi ketika ia mempunyai 2 orang anak yaitu Jamin dan Johan. Mina adalah seorang istri yang baik,sabar dan bertanggung jawab, jauh berbeda dengan Inem yang kejam. 
Tetapi setelah 5 tahun pernikahannya, Bertes mulai terpengaruh teman-temannya menjadi pemabuk dan suka bertindak keras. Mina mulai sakit-sakitan hingga akhirnya ia meninggal dunia. Bertes ternyata juga sering menyiksa Mina bila sedang mabuk. Setelah Mina meninggal, kemudian menikah dengan Inem yang tidak berperangkai baik. Sungguh malang nasib Jamin dan Johan, sudah piatu sengsara pula hidupnya.
Ketika Inem selesai mencandu emosinya tidak dapat dikontrol lagi. Pagi-pagi ia mengusir Jamin untuk meminta-minta uang sampai mendapat lima puluh sen baru ia dapat pulang dan diancamnya bila tidak pulang akan membuang adiknya ke sungai padahal Jamin tidak ingin berpisah dari Johan karena ia sangat sayang pada Johan dan sebaliknya. Sungguh kejam memang ibu tirinya. Jamin pun segera pergi untuk mencari uang tetapi sungguh sial hari itu karena sampai malam tak dapat dikumpulkannya uang lima puluh sen. Dari Pasar Baru, Pasar Ikan sampai Pasar Senin ia lalui namun tak tercukupi juga hingga malam yang sangat dingin karena hujan. Kondisi itu membuatnya lemas karena tak satupun makanan yang masuk kecuali sedikit roti dari temannya serta sedikit air ditambah baju yang kotor dan compang-camping membuat ia tak kuat lagi untuk berjalan. Tak kuasa lagi ia berjalan, sampai akhirnya ia tidur di seberang warung obat milik Kong Sui.
 Pagi harinya, Kong Sui yang melihat Jamin yang terkapar tak berdaya membawanya ke rumahnya untuk dia beri makan. Sampai disana Jamin diberi makan, minum, uang dan baju untuk gantinya kemudian ia menceritakan semua pada Kong Sui dan Fi. Kong Sui dan Fi sangat kasihan pada Jamin setelah ia mendengar cerita dari Jamin. Jamin pun sangat berterima kasih pada mereka atas bantuan mereka. Karena merasa badannya sudah terasa baikan ia pun meminta izin untuk pulang. 
Di rumah Bertes pulang dari Café Pasar Senin dengan katakutan karena tadi ada pertengkaran disana hingga seseorang berlumur darah. Karena waktu itu ia sedang mabuk jadi ia lupa yang ia lakukan karena ia takut diangkap polisi ia sampai berpura-pura dan menyuruh istrina bila polisi datang untuk berbohong. Disaat itulah ia baru sadar bila hidupnya telah rusak. Ia lihat anaknya Johan kemudian ia memeluknya untuk minta maaf tetapi Jamin tidak ada. Sekarang Bertes ingin taubat dan ia telah tau keburukannya dan istrinya.
Beberapa saat kemudian dibawa Bertes oleh pihak polisi untuk diperiksa. Setelah itu Jamin pulang karena ia telah dapat uang yang diinginkan ibu tirinya. Tetapi saat didepan rumah ia mendengar bahwa ayahnya ditangkap polisi. Uang itu pun segera diberikan pada ibu tirinya dan memberikan makanan kepada adiknya dari rumah Kong Sui. Namun baju yang diberikan Kong Sui dan Fi diminta ibunya saat meraba celananya terasa ada cincin didalamnya untunglah Jamin dapat merayu ibu tirinya namun tak disangka. akhirnya ketahuan juga. Baju itu akan dijual Inem agar Jamin dapat meminta-minta lagi dan ia juga akan mendapat uang dari hasil menjual baju itu. Cincin itu adalah cincin Nonya Fi karena Nyonya Fi lupa mengambil cincin itu saat dipakaikan pada Jamin. Ia pun merasa bersalah dan berjanji akan mengembalikannya pada Kong Sui da Fi. 
Suatu hari Jamin jalan-jalan di jalan Mangga Besar. Ia ingin sekali mengembalikan cincin itu. Tiba-tiba terdengar ada yang memanggilnya, yaitu Johan. Ternyata, Johan telah mendapatkan kembali cicin itu. Akan tetapi, ketika mereka akan sampai di rumah Kong Sui, Jamin tertabrak trem yang ada dibelakangnya karena ia berusaha menyelamatkan adiknya dan dirinya sendiri, tetapi takdir berkata lain, dirinya malah tidak selamat. Jamin dibawa orang-orang disekitar menuju rumah sakit Glodok. Johan tak mengerti apa yang terjadi kerena saat kakaknya tertabrak ia terpelanting ke samping jalan kemudian ia mengembalikan cincin itu dan menceritakan semua pada Kong Sui dan Fi.
 Mereka sangat sedih dan akhirnya Fi dan Johan pergi bersama ke rumah sakit. Jamin tak berdaya lagi seisi ruangan menangis karena iba melihat Jamin. Sekarang Johan bisa mengerti benar bagaimana arti persaudaraan yang sesungguhnya. Akhirnya, Jamin meninggal dunia dengan tenang. Ia dikuburkan di Mangga Dua. Johanpun sekarang tinggal bersama Kong Sui dan Fi yang menyayanginya dan dia pun sekarang bersekolah, layakanya anak-anak yang lain.

Kritik Sastra Menggunakan Pendekatan Objektif

Merari Siregar lahir di Sipirok, Tapanuli, Sumatra Utara, 13 Juli 1896. Masa kecil dilalui penulis berdarah Batak ini di kampung halamannya. Setelah beranjak dewasa dan tumbuh menjadi orang terpelajar, Sastrawan Merari Siregar melihat keadaan sebagian masyarakat yang mempunyai pola berpikir yang sudah tak sesuai dengan tuntutan zaman. Karya Merari Siregar “Si Jamin dan Si Johan” ini merupakan saduran atau terjemahan dari novel lain. Novel ini menceritakan tentang sebuah keluarga. Novel ini sendiri memiliki unsur instrinsik yang membangun cerita dalam novel itu sendiri.

Novel karya Merari Siregar ini menceritakan tentang dua bersaudara yaitu Si Jamin dan Si Johan dalam menjalani hidup yang kehidupannya begitu nista nestapa karena di asuh oleh ibu tirinya setelah sepeninggal ibu kandungnya. Tema novel ini yaitu kasih sayang dua bersaudara. Kisah yang amat sedih tentang anak kecil berusia 9 tahun menjadi budak kecil yang mengemis lantaran perintah ibu tirinya yang jahat, tema novel ini terlihat dalam kutipan ““jamin, bawa kemari uang yang ada dikantongmu semuanya! Ayo lekas!...” sesekali ia tidak mendapatkan uang maka tendang sepak terjang di dapatkannya”.

Selain tema novel ini juga memiliki alur yang digambarkan oleh pengarang. Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju (progresif), hal ini terlihat dari cerita yang berurutan dari mulai ayahnya yaitu Bertes yang menikahi ibu tirinya si Inem, perempuan jahat sekaligus pemadat setelah sepeninggal Mina ibu kandungnya yang bertanggung jawab. Sampai akhirnya Jamin meninggal akibat tertabrak trem ketika dia hendak mengembalikan cincin milik Kong Sui yang meletekkan cincin dalam baju yang diberikan untuk Jamin. Dan Jamin mengatakan sesuatu pada saat penghembusan nafas terakhirnya. Dia berkata bahwa Johan jangan pulang kerumah, karena Jamin tidak ingin adiknya di siksa oleh perempuan jahat yang tak lain ibu tirinya. Dan akhirnya Nyonya Fi menjalankan amanat terakhirnya, dan akhirnya Johan diasuh oleh Kong Sui dan Fi.

Selain tema, dan alur pengarang tak lupa pula memberikan penokohan atau perwatakan pada masing-masing tokoh yang ada dalam novel Si Jamin dan Si Johan  ini. Tokoh dan penokohan yang digambarkan pengarang dalam novel Si Jamin dan Si Johan ini dapat digambarkan melalui kutipan-kutipan yang terdapat dalam novel tersebut. Jamin baik hati, penurut, penyabar, rajin, dan jujur seperti yang terdapat dalam kutipan  “tetapi apa boleh buat, hatinya tak hendak mengejar pekerjaan serupa itu. Biar ia terpaksa tinggal diluar semalam-malaman sekalipun, berhujan dan berangin sampai menggigil dan meskipun hebat ancaman ibu tirinya, si jamin tidak mau meminta sedekah dengan jalan berbohong dan curang”.

Sedangkan Penokohan Johan digambarkan oleh pengarang  yaitu polos, fikirannya belum terbuka. Watak Si Johan terlihat dalam kutipan “si johan karena masih kecil belum dapat memikirkan nasibnya jauh-jauh. Jika perutnya sudah kenyang dan badannya tak kedinginan, senanglah hatinya dan ia pun tidur nyenyak”. Di samping itu, tokoh seorang Bertes digambarkan keras kepala, berani, mudah terbawa pergaulan. Watak ini terlihat dalam kutipan “selama bertes bekerja dikutaraja ia amat suka berkawan dengan beberapa orang yang kurang baik tabiatnya dan suka mabuk. Oleh karena pergaulan itu, perlahan-perlahan bertes terbawa kedalam jurang yang dalam” yang digambarkan oleh pengarang.

Penokohan Inem yang digambarkan pengarang sebgai tokoh yang  jahat, berani, seorang wanita yang pecandu obat terlarang. Seperti dalam kutipan “dengan tergopoh-gopoh disangkutkannya kain selendangnya yang basah kuyup itu, lalu berbaring di tempat tidur. Demikianlan caranya menghisap candu”. Ikut mendukung jalannya cerita dalam novel ini. Kebalikan dengan Inem tokoh Mina digambarkan baik hati,ramah,bertanggung jawab. Sifat Mina ini terlihat dalam kutipan berikut “mina pun tidak melupakan kewajiban, mengurus rumah tangga, memelihara anak-anak dan menghibur suaminya”.

Di samping itu terdapat tokoh Fi yang  Baik hati. Sifat Fi ini terlihat dalam kutipan berikut “tanggalkan pakaianya yang basah itu. Saya hendak pergi mengambil pakaian yang kering. Baju anak kita, masih ada saya simpan. Barangkali baik sebagai pengganti kain baju anak yang sudah compang camping itu”.

Ada pula tokoh  Kong Sui yang  baik hati namun mudah dihasut. Seperti dalam kutipan  “ia bimbang mendengarkan cerita yang baru di dengarnya itu. Sekalian perkataan orang itu di benarkannya, tetapi cerita si Jamin yang tadi pagi tentu tidak bohong, demikian pikirannya dalam hati”. Tak lupa pula tokoh pendukung dalan novel ini yaitu Minah seorang pembantu. Keberadaan tokoh ini terlihat dari kutipan “babu minah yang kebetulan datang pada waktu itu, disuruhnya menghidupkan api”.

Selain tema, tokoh, penokohan tentu ada latar yang mendukung jalannya cerita dalam novel  atau pun karya lain yang  berbentuk prosa. Latar tempat yang terdapat dalam novel Si Jamin dan Si Johan ini yaitu latar yang pertama yaitu rumah yang terlihat dalam kutipan “di Taman sari, ada sebuah rumah setengah tua, berdinding papan, beratap genting. Bila diperhatikan dinding rumah itu, catnya tidak tentu wananya lagi dan halamannya yang sangat kotor, keadaan didalam rumah itu sangat sederhana”. Latar yang kedua ialah Pasar Senen seperti pada kutipan ”pada sisi jalan trem di Pasar Senen ada sebuah rumah. Di depannya tergantung  sebilah papan yang bertulisan ‘rumah obat’ “.

Tak hanya itu ada pula latar rumah Sakit yang terlihat dalam kutipan ”nyonya fi tak tahu bau obat apa yang berbau itu, tetapi kepada pegawai-pegawai rumah sakit bau itu adalah suatu tanda, bahwa si sakit dalam penderitaan hebat”, dan kota Jakarta yang terlihat dalam kutipan ”kota jakarta masih sepi. Lentera-lentera di tepi jalan besar masih menyala, sekadar menggantikn sinar matahari, yang belum bangun dari peraduannya.”

Latar yang juga mendukung jalannya cerita yaitu Kutaraja   seperti dalam kutipan ”setelah tiga tahun ia ia dalam dinas belajar Gombong, ia dipindahkan ke Kutaraja. Pada waktu itu tanah aceh belum tunduk semua pada kompeni”. Serta  Pasar Baru yang di letakkan pengarang dalam kutipan “sampai di Pasar baru ia belum berjumpa orang seorang pun jua, tempat ia meminta sedekah”. Serta Jalan Mangga Besar yang menjadi latar terakhir yang penulis tuliskan. Latar ini dapat dilihat dari kutipan “dapatlah ia hidup sederhana dengan istrinya dan kedua anaknyan Jamin dan Johan, di jalan mangga besar itu”.  
Jika ada latar tempat, tentu akan ada pula latar waktu serta latar suasana. Latar waktu yang terdapat dalam novel Si Jamin dan Si Johan yaitu,  jam 12 malam seperti dalam kutipan “pukul 12 tengah malam”.  Tahun 1986 yang terdapat dalam kutipan “29 hari bulan Mei tahun 1986”.  Siang hari yang terlihat dalam kutipan “Hari sudah siang. Dengan langkah panjang-panjang ia berjalan”.  Saat senja mulai tiba  yang terdapat dalam kutipan “matahari makin lama makin jauh bersembunyi ke sebelah barat. (bertanda senja)”.

Kemudian latar suasana yang terdapat dalam novel ini yaitu terlihat dalam kutipan-kutipan “meskipun Jamin seorang budak kecil, tetapi ia telah mengenal Tuhan berkat ajaran ibunya dahulu selagi hidup”.  Yang memperlihatkan perasaan tegar si Jamin. Suasana menegangkan karena kekejaman ibu tiri Jamin yang terlihat dalam kutipan  “setiap hari disuruh mengemis dan harus memperoleh uang yang maksimal menurut perempuan itu, dan sesekali ia tidak mendapat uang banyak maka ia akan dipukul dan ditendang sampai ia jatuh terguling-guling dilantai. Dan setelah demikian anak itu dibiarkan menangis disudut kamar.”
Suasaa sedih juga terlihat dalam kutipan  “amat sakit dan sedih hati si Jamin mendengar perkataan adiknya yang mengaku telah dipukul oleh ibu tirinya saat ia minta makan. Tidak dapat ia menahan air mata. Jauh lebih sakit dari kena pukulan perempuan itu. Suasana mengharukan juga diciptakan dalam novel ini seperti dalam kutipan “adikku johan... jangan adikku susah ... kita bercerai ... nanti di belakang hari ... kita bertemu lagi. Selamat ... selamatlah adikku, yang tercinta. Sehabis bicara itu si jamin menarik tangan adiknya. Berlinang-linanglah air mata dokter serta pegawainya yang melihat kejadian itu. Nyonya fi tak hent-hentinya lagi menyapu air mata dengan sapu tangan.”...”sampaikan salamku kepada ayah,. Kata si jamin, dan ia mencium si johan sekali lagi. Kemudian ia melihat keatas seraya berkata, Allah Yang Mahakuasa! Hamba serahkan badan dan jiwa hamba kepadaMu. Peliharakanlah hambaMu dengan rahmatMu....”

                  Selain ketiga unsur instrinsik di atas tentu cerita dalam novel akan tercipta dengan adanya sudut pandang.  Sudut pandang yang terlihat dalam novel ini adalah pengarang sebagai orang ketiga atau orang ketiga serba tahu. Hal ini terlihat dari jalan cerita dalam novel, pengarang  menceritakan para pelaku dengan menyebut para pelaku dengan menggunakan kata ganti orang ketiga atau nama tokoh. Serta  Pengarang tidak menjadi pelaku dalam cerita itu. Jadi pengarang berada di luar cerita atau sebagai pengamat yang meceritakan semua yang dilakukan para tokoh sampai apa yang ada dalam hati maupun yang dipikirkan para tokoh tersebut.  

Terdapat pula  gaya bahasa dalam novel ini. Pengarang menggunakan bahasa yang tidak baku agar masyarakat umum, khususnya para remaja mudah mengerti dari isi novel ini. Serta  mudah untuk memahami jalan cerita yang ada di dalam novel ini. Namun dalam novel ini terdapat pula bahasa daerah yaitu bahasa betawi dari jakarta yang juga mendukung latar atau setting dalam cerita. Hal ini terlihat dari kutipan  “minta bakonya, mat.... lu engga malu, jaka? Minta-minta aje”.

 Pada cerita dalam novel Si Jamin dan Si Johan ini terdapat amanat yaitu persaudaraan harus saling dan perlu dijaga. Hal inilah yang patut kita tiru. Dalam kehidupan sehari hari tentu kita juga melewati berbagai masalah, dalam hal inilah kita juga tetap harus mengandalkan Tuhan dan dalam segala hal. Kita harus tetap menjalani hidup sesuai denga yang telah ditentukan oleh Tuhan dan mensyukurinya. Salah satu amanat yang hdapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari adalah kita harus tetap mengingat Tuhan Yang Mahakuasa dalam keadaan apapun, termasuk dalam keadaan susah hati sekalipun seperti yang terdapat dalam kutipan  “setiap malam jika ia hendak tidur mendoalah ia dahulu, mudah-mudahan Allah melidungi dia dua beradik” dalam novel ini.


Setiap orang pasti akan berubah dan menyesali kesalahannya, tetapi alangkah baiknya jika kita berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak agar tidak  menyesal dikemudian hari. Seperti yang dilakukan oleh Bertes, yang terlihat alam kutipan “Si Bertes ayah Si Jamin dan Si Johan  yang pemabuk itu, ia  merasa menyesal ketika ia tahu bahwa dirinya telah jauh terlampau kedalam lembah nista. Dan Ia menyadari bahwa kesalahannya itulah yang menyebabkan istrinya meninggal dan menyebabkan kedua anaknya itu menjadi menderita. Maka ia memutuskan untuk bertaubat”.

esai persuasif penghijauan, pentingnya tumbuhan


Tumbuhan bagi Kehidupan Manusia

Semakin hari usia bumi semakin bertambah tua. Seiring bertambahnya usia bumi ini maka semakin tinggi pula perkembangan yang terjadi. Baik itu perkembangan ekonomi, perkembangan pendidikan dan perkembangan teknologi ke arah  yang semakin canggih.  Namun, perkembangan-perkembangan ini juga memicu perubahan pada bentuk muka bumi, dan  pada lingkungan hidup tempat manusia tinggal. Perubahan ini juga menjadikan kebutuhan manusia semakin banyak, hal ini didukung pula oleh sifat dasar manusia yang tidak pernah puas akan apa yang telah dimilikinya.

Perubahan ini membawa dampak tersendiri bagi lingkungan tempat tinggal manusia tersebut.salah satunya adalah perubahan dalam ekosistem . Perubahan dalam ekosistem  ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya komponen pendukung dalam ekosistem tersebut. Sebagai contoh  ekosistem hutan. Hutan terkenal dengan bagian alam atau salah satu lingkungan yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan yang subur dan hijau. Pohon adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pohon merupakan salah satu penghasil atau pengikat oksigen atau O2 terbesar dalam kehidupan manusia di dunia ini. Tetapi yang sekarang terjadi adalah dunia ini semakin kekurangan pohon. Banyak pohon yang ditebangi untuk keperluan manusia. Ya, keperluan manusia yang semakin banyak dalam kehidupan di masa kecanggihan teknologi ini.

Pohon yang sangat dibutuhkan untuk terus menjaga bumi dan sebagai salah satu penyelamat bumi atau lingkungan dari hal-hal atau bahaya yang dapat terjadi. Pohon sebagai penahan tanah, penyerap air dan pengikat oksigen yang selalu dibutuhkan lingkungan setiap detik. Pohon yang menjadi tonggak keasrian lingkungan sudah hampir habis ditebang untuk kebutuhan hidup manusia yang tidak pernah puas. Pepohonan yang mendamaikan mata saat memandang hijaunya alam kini telah berkurang. Digantikan oleh lingkungan yang dipenuhi oleh gedung pencakar langit.

Namun, kekurangan pohon ini juga memicu dampak selain masalah keasrian lingkungan tersebut. Semakin banyak pohon yang berkurang, semakin banyak pula polusi dan  akibat lain yang lebih parah bisa terjadi akibat tindakan manusia yang sering merusak alam. Kerusakan alam ini tentu akan berpengaruh pula pada kehidupan manusia. Tak hanya itu keseimbangan ekosistem juga akan terganggu. Untuk masalah ini tentu dibutuhkan suatu aksi atau tindakan positif yang dapat mengembalikan pepohonan hijau yang sangat dibutuhkan oleh lingkungan dan manusia.

Salah satu aksi atau tindakan positif yang kita sebut juga sebagai cara menanggulangi masalah kekurangan pohon ini yaitu dengan melakukan reboisasi dan penghijauan. Reboisasi dan penghijauan sebagai salah satu  langkah yang cukup  tepat untuk mengembalikan bumi menjadi hijau  kembali. Banyak orang yang mengira reboisasi dan penghijauan adalah hal yang sama. Tetapi, sebenarnya berbeda. Walaupun perbedaannya cukup tipis, namun hal itulah yang menjadi perbedaan yang mendasar di antara kedua tindakan tersebut.

Reboisasi adalah kegiatan penghijauan kembali yang dilakukan untuk mengembalikan alam yang hijau. Kegiatan penting ini bertujuan untuk memperbaiki ekosistem yang ada di bumi. Contoh kegiatan reboisasi ini yaitu penanaman pohon yang dilakukan di suatu lokasi hutan yang sudah kehilangan banyak pohon. Penanaman ini dilakukan agar keadaan atau kondisi di hutan menjadi kembali normal.Selain itu, pohon-pohon yang ada di hutan tersebut dapat hidup normal kembali. Serta pohon juga dapat menjalankan fungsinya kembali sebagai pelindung manusia untuk meyediakan air, dan udara yang sangat dibutuhkan oleh manusia, serta mencegah terjadinya banjir diderah tersebut.

Selain reboisasi juga ada penghijauan. Penghijauan dalam artian luas adalah segala bentuk daya atau usaha untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi dengan baik dan maksimal dan optimal. Baik sebagai pengatur tata air maupun sebagai penata lingkungan.

 Penghijaun memang mirip dengan reboisasi namun ada perbedan yang mendasar dari hal tersebut. Perbedaan ini terletak pada sistem yang bekerja kegiatan reboisasi dan penghijauan ini. Jika reboisasi merupakan kegiatan penghijauan kembali yang bertujuan untuk mengembalikan alam yang hijau. Berbeda dengan penghijauan yang merupakan suatu usaha untuk menanam pohon dan tumbuhan di tempat yang dianggap dapat menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembangnya tumbuhan tersebut.

Gerakan penghijauan ini sendiri dapat dilakukan dari diri sendiri dan di tempat yang paling dekat dengan kehdupan kita. Tempat yang paling dekat dengan kita dan tak akan bisa lepas dari diri kita sendiri yaitu rumah. Kita dapat menanami tumbuhan atau pohon buah di sekitar lingkungan rumah kita. Misalnya saja, pohon buah mangga dan bunga. Selain untuk melakukan penghijauan, kita juga mendapatkan udara yang segar setia hari karena adanya tumbuh-tumbuhan tersebut. Tak hanya itu pekarangan rumah tentu akan semakin asri dan sedap untuk dipandang. Bahkan buah dari pohon yang ditanam tadi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu asupan gizi.

Melalui hal ini kita dapat melihat bahwa penghijauan dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan dimulai dari diri sendiri. Untuk menuju kehidupan dan memiliki lingkungan hidup yang lebih baik. Melakukan hal ini tentu dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi orang yang melakukannya.

Penghijauan yang merupakan salah satu kegiatan terpenting yang seharusnya kita laksanakan. Gerakan penghijauan ini sendiri sudah menjadai salah satu program pemerintah atau program nasional yang harus dilaksanakan di seluruh wilayah negeri ini. Di daerah perkotaan fokus penghijauan merupakan pengisian ruang terbuka di derah kota tersebut. Tujuan dilakukannya penghijauan di daerah kota adalah untuk mengisi kebutuhan akan oksigen di tengah-tengah gedung-gedung pencakar langit yang ada di kota tersebut. Oksigen sebagai udara segar sangat dibutuhkan oleh manusia. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan yang lebih banyak hiruk pikuk teknologi dibandingkan dengan daerah pedesaan.

Pada proses foto sintesis tumbuhan akan menghasilkan oksigen atau 02. Proses ini berlangsung dengan bantuan cahaya matahari. Pada proses fotosintesis tumuhan akan mengambil karbondioksida atau CO2 yang terdapat di lingkungan lalu di proses di dalam tubuh tumbuhan tersebut. proses ini akan menghasilkan C6H12O6 atau glukosa sebagai cadangan makanan dan energi bagi tumbuhan tersebut dan O2 atau oksigen sebagai udara yang di lepaskan untuk kebutuhan manusia. Hal ini lah yang membuat tumbuhan sangat penting bagi kehidupan manusia.

Selain itu berbagai proses metabolisme tumbuhan hijau dapat memberikan fungsi-fungsi bagi kebutuhan makhluk hidup yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar tumbuhan tersebut. Sehingga kegiatan penghijauan ini sangat tepat dilakukan di daerah perkotaan yang sekarang mulai banyak kendaraan yang menghasilkan polusi berlalu lalang. Tumbuhan juga penting untuk menjadi paru-paru kota agar menunjang kehidupan manusi di perkotaan.

Peran penghijauan sebagai paru-paru kota, sebagai pengatur lingkungan dalam konteks mikro atau kecil, proses vegetasi yang dilakukan akan menimbulkan hawa lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman dan segar. Sebagai pencipta lingkungan hidup atau ekologis. Sebagai penyeimbangan alam atau adaphis yang merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya.

 Selain itu penghijauan juga memiliki peran sebagai perlindungan atau  protektif, terhadap kondisi fisik alami sekitarnya seperti angin kencang, terik matahari, gas atau debu-debu. Sebagai perlindungan, dalam peran ini tumbuhan merupakan alat untuk menyerap air dan menahannya. Agar sistem air yang berada di dalam tanah tetap seimbang. Sehingga dapat mencegah banjir dan longsor. Sebagai pencipta keindahan atau estetik. Sebagai penunjang kesehatan. Sebagai tempat rekreasi dan pendidikan atau edukatif.

Peran penghijauan dan reboisasi ini dapat membuat atau bahkan menciptakan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam untuk tempat tinggal flora dan fauna yang ada di lingkungan hidup tersebut. Selain itu ada baiknya sebelum melakukan reboisasi atau penghijauan, terebih dahulu mengecek kondisi tumbuhan dan lahan atau lingkungan yang akan ditanami.

Pengecekan ini bertujuan agar lingkungan yang dihasilkan menjadi lingkungan yang lebih baik atau bahkan lebih sehat dibandingkan dengan lingkungan sebelumnya. Bibit pohon atau tumbuhan yang akan ditanam sebaiknya dipilih dengan baik dan merupakan bbibit yang unggul atau berkualitas baik bahkan sangat baik. Hal ini bertujuan agar pohon-pohon dan regenasi lingkungan yang dihasilkan kedepannya tetap baik. karena hal ini juga berpengaruh pada keidupan generasi manusi pada masa yang akan datang.

Tumbuhan memang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seperti untuk memenuhi kebutuhan tersier. Misalnya seperti untuk membuat kursi atau benda lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun, tak ada salahnya melakukan tebang pilih atau tebang tanam untuk tetap menjaga ekosistem dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Walaupun ekosistem itu sendiri digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.


Para generasi muda haruslah tetap menjaga keberlangsungan ekosistem dan menjaga lingkungan. Hal ini tentu dapat dilakukan dengan melakukan penghijauan yang dimulai dari cara sederhana yaitu memulainya dari diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Atau melakukan reboisasi untuk kepentingan umum, dan menciptakan lingkungan yang asri, nyaman, segar dan sehat. 

contoh kritik sastra puisi hatiku selembar daun karya sapardi djoko damono dengan pendekatan pragmatik



Hatiku Selembar Daun
Sapardi Djoko Damono

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
Nanti dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu taman setiap pagi

Sapardi Djoko Damono ada seorang sastrawan nasional, yang cukup terkenal. Karya-karyanya telah banyak dipulikasikan aaupun diterbitkan. Salah satunya adalah puisi Hatiku Selembar Daun. Para pembaca puisi pun ikut menginterpretasikan puisi ini menurut pemahamannya masing-masing.

Makna puisi ini menurut para pembaca ataupun penikmat puisi berbeda-beda. Salah satu pembaca atau penikmat puisi memaknai puisi Hatiku Selembar Daun karya Sapardi Djoko Damono ini tentang seseorang yang sedang mencari jati dirinya yang telah hilang. Ada pula yang menyebutkan  sang penyair memaknai seorang yang telah menemukan akhir hidupnya. Karena penyair terbaring mengenang segala masa lalunya yang ia sesali sebelum nyawanya terenggut. Pembaca lainnya pun memberikan makna puisi ini tentang seseorang yang merindukan kematian, puisi ini menggambarkan bahwa merindukan kematian begitu indah.

Adapun pembaca lain juga memaknai puisi ini dengan kalimat berbeda namun hampir serupa intinya yaitu pengarang menggambarkan bahwa ia hanyalah selembar daun yang dengan mudahnya lepas dari rantingnya walaupun hanya terkena angin. Dan akhirnya sadar bahwa ia tidak ada apa-apanya di dunia ini. Dia berharap agar diberi waktu untuk memikirkan apa yang dulu sering dia tinggalkan, walaupun sebentar cukup untuk memikirkan semuanya. Meskipun dia tidak menggambarkan penyesalan sebelum yang maha kuasa yang digambarkan dengan pembersih taman yang melakukan aktifitasnya membersihkan daun-daun yang berserakan.

Pembaca lain juga menyebutkan makna puisi ini tentang sesulit-sulitnya sesuatu itu, pasti ada sesuatu yang mudah kita lakukan. Selain itu ada pula yang menyebutkan puisi ini tentang menunjukkan seseorang yang rapuh dan lemah dan berharap belas kasihan dari orang lain. Seorang pembaca lain juga mengatakan pusi ini tentang seseorang yang menanti kematiannya. Ia menanti kematiannya dengan berbuat banyak hal yang belum sempat ia lakukan sebelumnya.

Seorang pembaca puisi ini pun mengatakan bahwa puisi ini bercerita atau bermakna tentang mengingatkan kepada kita akan kecilnya kita di mata Tuhan, dan untuk itu gunakanlah waktu sebaik mungkin di dunia ini, bersyukur atas rahmat dari Tuhan dan selalu beribadah dan berbuat baik.


Makna puis ini yaitu tentang sesorang yang mencoba meratapi nasib dan sikapnya selama ia hidup. Karena ia telah di ujung tanduk atau di detik-detik akhir hidupnya. Ia menyadari bahwa kehidupannya akan abadi walau hanya sesaat karena, semua yang ia lakukan tak akan terulang. Ia mencoba menyesali apa yang telah ia lakukan selama ia hidup. Ia mencoba merubah semua sikap buruknya namun waktunya hampir habis, sehingga ia mencoba melakukan yang terbaik sebelum kematiannya tiba walau hanya sebentar.

contoh kritik satra novel salah asuhan dengan pendekatan objektif

Sinopsis Novel Salah Asuhan
Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama mereka pun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.
Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak laki-laki yaitu Syafei.
Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.


Kritik Sastra menggunakan Pendekatan Objektif pada Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Muis

Abdoel Moeis adalah seorang pengarang Balai Pustaka yang berasal dari daerah Minangkabau. Ayahnya orang Minang dan ibunya orang Sunda. Ia adalah seorang pejuang kebangsaan Indonesia yang sezamanan dengan H.O.S Cokroaminoto dan Ki Hajar Dewantara. Sebagai seorang perintis kemerdekaan, ia mulai menerjuni lapangan politik sejak tahun 1920 sebagai anggota Indie Werbar, kemudian menjadi pemimpin Serikat Islam dan menjadi anggota Volksraad.

Setelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah rendah Belanda di Bukittinggi, ia melanjutkan perjalan di Stovia, tetapi tidak sampai selesai. kemudian ia menjadi wartawan di Bandung. Salah satu novel karya beliau adalah novel yang berjudul “Salah Asuhan”. Novel ini menceritakan tentang perbedaan budaya atau adat di antara dua belah permukaan bumi.
Tema yang terdapat pada novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis adalah mengenai perbedaan adat istiadat antara Eropa dan Pribumi. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut “....dalam pergaulan bangsaku, bangsa Eropa sungguh longgarlah pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Tapi sebab sudah galib, tidaklah akan cepat orang berbuat fitnah atau menyangka buruk, apabila kelihatan laki-laki bergaul dengan perempuan lain, yang bukan ahli karibnya. Tetapi dalam pergaulan bangsamu, apabila di tanah Sumatra ini, lain keadaannya. Jangankan dengan perempuan lain, dengan ahlinya yang paling karib, sekalipun dengan adik atau kakaknya sendiri, sudah disebut janggal, apabila ia bergaul atau duduk bersenda gurau, bahkan berjalan berdua-dua....”
Tak hanya tema namun juga terdapat alur dalam novel ini. Alur yang terdapat pada novel “Salah Asuhan” karya Abdoel Moeis adalah alur maju. Seperti yang ditulis pada kutipan berikut ini “...dua tahun sudah berjalan, setelah jadi perundingan Hanafi dengan ibunya tentang beristri itu. Sebelum ia membenarkan kata ibunya, iapun sudah dinikahkan dengan Rapiah....”
Pada novel “Salah Asuhan” ini pengarang juga meletakkan tokoh dan penokohan untuk mendukung jalannya cerita novel ini. Adapun tokoh-tokoh dan penokohan yang terdapat di dalam novel “Salah Asuhan” karya Abdoel Moeis yaitu  Hanaf, Corrie, Rapiah, Ibu Hanafi, Tuan du Bussee, Syafei, Si Buyung, Nyonya Pension, Piet, Nyonya Van Dammen, Tuan Aministratur.X              
Berdasarkan tokoh-tokoh yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya, diletakkan pula penokohan atau perwatakan pada masing-masing tokoh. Tokoh dalam novel ini terbagi dua yaitu tokoh utama dan tokoh pendukung atau tokoh figuran. Perwatakan atau penokoan yang diberikan pada masing-masing tokoh diantaranya, Hanafi wataknya sombong, keras kepala, kasar dan durhaka. Seperti yang dapat dilihat dalam kutipan berikut “...Ibu orang kampung dan perasaan ibu kampung semua... kadang Hanafi amat keras kepala jika kehendaknya dibantah atau katanya disolang..“Hanafi!Anakku, tahulah engkau apa hukuman anak yang durhaka pada ibunya?...”.
Tokoh Corrie digambarkan dengan wataknya yang sabar, berpikiran tulus, injak-jinak merpati, baik, dan mudah bergaul. Seperti yang dapat dilihat dalam kutipan “..Ah, hati sabar, pikiran tulus, alam luas, pendeknya berkumpulah segala sifat-sifat yang mulia pada perempuan yang seorang itu....”. Sementara tokoh  Rapiah wataknya sabar, apa adanya, perhatian dan baik. “Rapiah yang tahu arti misbruik itu, menundukkan kepala, alamat bersyukur atas kemurahan hati junjunan itu... Sementara itu terdengarlah suara Rapiah, yang sedang menimang dan menidurkan anaknya. Syafei ditidurkannya selalu dengan nyanyian...’.

Ada pula tokoh yang digambarkan sebagai ibu yaitu Ibu Hanafi, wataknya digambarkan baik, sabar, lemah lembut, dan pemaaf. Seperti yang digambarkan pada kutipan berikut “Kesenangan ibu, hanyalah duduk di bawah, sebab semenjak ingatku duduk di bawah saja....
Astagfirullah, Hanafi! Turutkanlah ibumu mengucap menyebut nama Allah, supaya lapang bumi Allah bagimu dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya....”.

Selain ibu, peran Tuan du Busse juga berpengaruh dalam novel ini. Dia degambarkan dengan wataknya ysng  pemberani dan tegas. Seperti pada kutipan “...yang amat disukai oleh Tuan du Bussee ialah berburu harimau...Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya....”. Ada pula tokoh yang bernama Syafei. Syafei memiliki watak yang polos, seperti dalam kutipan  “...Syafei memandang dengan mata yang berkilau-kilauan kepada sekalian balon yang disisip-sisipkan pada sebilah pelapah enau, berkata dengan gembira dan melupakan segala ketakutan, “yang merah-yang merah...”.

Sementara itu si Buyung wataknya penurut, seperti dalam kutipan “...Si Buyung menolak kereta itu sampai ke dapur, lalu menceritakan apa yang diperintahkan kepadanya...”. dan tokoh  Nyonya Pension dengan wataknya yang taat beragama. Sebagaimana dalam kutipan “..Ya Nyonya”, sahut nyonya Pension, yang taat pada agamanya...”. Serta tokoh Piet dengan wataknya yang baik, seperti dalam kutipan “..Terima kasih, Piet! Terima kasih pula atas nasihat dan tutur katamu...”

Sifat Nyonya Van Dammen digambarkan dengan wataknya yang baik budi sebagaimana yang ada dalam kutipan “...Nyonya Van Dammen memang seorang perempuan yang baik budi...”.
Yang terakhir ada tokoh Tuan Administratur yang wataknya digambarkan peramah dan baik. seperti dalam kutipan “...Tuan administratur yang peramah itu tidak menyampaikan apa yang hendak dituturkannya... Terima kasih Tuan, kebaikan hati Tuan akan saya kenang-kenangkan..”.

Ada cerita tentu ada pula latar atau setting, baik itu latar tempat, waktu atau pun suasana. Setting yang terdapat dalm novel “Salah Asuhan” karya Abdoel Moeis  yaitu setting tempat diantaranya. Lapangan tennis yang terdapat dalam kutipan “...Tempat bermain tennis yang dilinndunginya oleh pohon-pohon sekitarnya, masih sunyi...”. Daerah yang juga menjadi latarnya yaitu Solok, Minangkabau seperti dikutip “Sungguhnpun ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal diam di kampung saja, tapi sebab kasihan kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan tinggallah ia bersama-sama dengan Hanafi di Solok.”
Latar yang bertempat di  Bonjol seperti dalam kutipan “...Ibu Rapiah hanya kuat sebulan menunggui anaknya di rumah Hanafi. Sesudah itu kembalilah ia ke Bonjol dengan hati yang amat sedih....”. serta kota  Padang yang juga menjadi latar. Sebagaimana dikutip dari “...Lebih dahulu dokter memerikan jalan kapal dari Padang...”.  Bumi Betawi yang hanya kiasan pun dapat dijadikan tempat seperti dalam kutipan “Dalam hatinya, Hanafi sebenarnya girang bahwa sudah terpaksa berangkat ke Betawi.”

Ada pula tempat yang bernama Probolinggo seperti dalam kutipan “Kedua anak muda itu berjanjilah, bahwa Corrie akan temasa ke rumah sahabatnya, di pabrik kopi ‘Gunung Wayang’ di bawahan Probolinggo...” Dan  Gunung Sari seperti yng terdapat dalam kutipan “...Lekaslah membawa kabar ke Gunung Sari, Han...”. Serta Sukabumi yang diambil dari kutipan “...Sepulangnya kita dari Sukabumi, Han!Aku masih lelah, biarlah aku tinggal di rumah dahulu...”.

Kota Semarang juga menjadi latar tempat kejaian atau peristiwa dalam novel ini. Hal ini dapat dilihat dari kutipan “ Sepanjang jalan ke Semarang Hanafi bersandar saja di atas bangku kereta api, serta menutupkan matanya...”. Kemudian  Rumah Sakit seperti dalam kutipan “..Maka bangkitlah Hanafi dari duduknya, lalu menghambur ke luar, menaiki oto yang masih menanti, lalu berseru sekeras-kerasnya kepada supir,” Ayoh!Ke Rumah Sakit Paderi, lekas sekali!...”. Di daerah Surabaya juga dipakai untuk menjadi latar seperti yang terdapat dalam kutipan “..Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu pensional kecil....”. Serta tempat yang menjadi latar terakhir yaitu Gang Pasar. Seperti yang dikutip dalam nove ini ..“Di Gang Pasar Baru itu ia menyewa sebuah pavilyun, sedang buatannya sehari-hari hanyalah belajar main piano saja...”..

Ada latar tempat tentu ada pula latar waktu dan suasan. Latar atau Setting waktu yang terdapat dalam novel ini yaitu pada waktu Tengah 5 petang hari yang digambarkan dalam kutipan “..Cahaya matahari yang diteduhkan oleh daun-daun di tempat bermain itu, masih keras, karena dewasa itu baru pukul tengah 5 petang hari...”. Waktu  Malam yang digambarkan dalam kutipan “..Semalam-malaman itu Corrie tidak merasa tidur nyenyak..”. Waktu yang menunjukkan Pukul 4 yang digambarkan dengan “..Dari pukul 4 Corrie, sudah berhias dan memakai di muka cermin besar...”. Pad a waktu  Petang yang dikutip dalam “..Pada petang itu mereka sedang duduk bersenda gurau di dalam kebun Hanafi, tempat Hanafi menerima kedatangan Corrie dahulu, sebelum datang kawan-kawan yang hendak bermain... “

Latar waktu lain juga terdapat pada Hari Minggu. Seperti yang tertulis dalam kutipan “..Pada hari Minggu mereka  ke luar kota, mencari-cari hawa di tempat yang sunyi...”. Petang Kamis malam Jumat yang terlihat dari kutipan “..Pada petang Kamis malam Jumat, Hanafi sudah datang ke asrama, disambut oleh Corrie yang mengganti pakaian sekolahnya pada malam itu dengan pakaian berpesta....”.

Waktu subuh juga menjadi latar waktu yang digunakan ddalam novel in. Seperti padda kutipan “..Pada keesoka harinya, waktu subuh mereka sudah ada pula di stasiun...”. Latar waktu yang terakhir adalah waktu Pagi hari. Seperti yang terlihat dalam kutipan “...Fajar menyingsing  di sebelah timur, alamat matahari hendak naik...”.

Ada pula latar suasan yang juga sangat mendukung jalannya cerita dalam novel ini. Latar atau Setting suasana yang ada dalam novel “Salah Asuhan” ini yaitu suasananya perselisihan, kebahagiaan, kesedihan,  kecemasan, ironis, penuh emosi, sunyi. Seperti dalam kutipannya seperti berikut:

 Perselisihan seperti pada kutipan “..Aku tahu betul, bahwa aku hanyalah Bumiputra saja, Corrie! Janganlah kau ulang-ulang juga...”. Suasana bahagia seperti pada kutipan “..Oh, ruangan di dalam jantung Tuan Hanafi amat luas,”kata Corrie sambil tertawa,”buat menempatkan dua tiga orang perempuan saja masih berlapang-lapang....” Ada pula suasana sedih yang terlihat dalam kutipan  “...Yang sangat menyedihkan hati ibunya ialah karena bagi Hanafi segala orang yang tidak pandai bahasa Belanda, tidaklah masuk bilangan....”
Suasana cemas juga terlihat dalam cerita ini. Seperti pada kutipan berikut “..Ibunya melihat keadaan serupa itu dengan kecemasan hati. Orang tua itu bukan tak arif, bahwa anaknya di dalam beberapa hari yang akhir ini berperangai luar biasa...”. Suasana lain, seperti suasana keironisan juga terlihat dalam kutipan “....Kesayangan Hanafi pada ibunya, belum seberapa; berlipat-lipat ganda kasih ibu kepada anak tunggal yang sudah tak berayah lagi itu. hanya sebab memikirkan nasib anaknya, maka Hanafi tetap meranda....”.
Suasana yang penuh dengan emosi pun digambarkan dalam cerita ini. Suasana ini terlihat dalam kutipan “..Sampai kering kerongkonganku memanggil si Buyung, seorangpun tidak menyahut!” kata Hanafi sambil membelakakan matanya kepada istrinya....”. serta suasana sepi yang terlihat dalam novel ini. Seperti tertulis dalam kutipan  “...Sejurus lamanya tidak kedengaran sepatah jua; sepatah katapun tidak...”.

Selain unsur instrinsik di atas ada pula sudut pandang, yang juga sangat mempengaruhi gaya bahasa serta cara penyajian cerita dalam novel ini. Sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu. Karena pada penyajian cerita pengarang menuliskan dengan menggunakan nama masing-masing tokoh .
Selain itu, dalam unsur instrinsik pada kritik objektif ini terdapat pula gaya bahasa yang dipakai oleh pengarang. Gaya bahasa dalam novel ini cukup menarik, namun bagi para pembaca awan cukup sulit untuk menafsirkan atau memahami beberapa kata, agar dapat memahami isi cerita dari novel ini dengan baik.
Selain itu amanat juga berperan penting dalam menjembatani pembaca dengan pengarang ataupun dengan isi cerita dalam novel.  Amanat yang dapat diambil dari novel “Salah Asuhan” karya Abdoel Moeis ini yaitu kasih sayang seorang ibu tak kan ada batasnya, seorang ibu mencintai anaknya meskipun dalam keadaan salah. Sayangilah anak istri sesuai dengan ketentuan, petunjuk atau syariat-Nya. Karena penyesalan selalu datang terakhir, maka gunakanlah waktu dan kesempatan yang ada dengan baik dan jangan sia-siakan. Serta  sayangilah keluarga. Cintailah bangsa sendiri. Perjuangan mempertahankan cinta sejati sampai akhir nafas. Dan tentu saja jangan mudah berburuk sangka, carilah kebenarannya diantara setiap kejadian.