Sabtu, 03 Juni 2017

KRITIK MIMETIK



Kritik mimetik pada cerpen “Yang Kau Sebut, Teman”.


Cerpen dengan judul Yang Kau Sebut, Teman ini adalah sebuah cerpen yang menceritakan tentang kisah persahabatan yang saling mendukung, menguatkan dan saaling memperhatikan. Kisah pertemanan yang indah dalam masa-masa sekolah. Cerpen karya Ashfi Raihan ini juga dapat menjadi sebuah motivasi bagi para pembacanya. Terutama bagi para pembaca remaja yang masih membutuhkan motivasi dalam mengembangkan bakatnya.

“....Suasana begitu hening saat kayuhan pedal sepedaku berhenti di depan pagar sekolah. Hari masih begitu pagi. Bahkan Pak Nyoto, satpam sekolah, belum terlihat di pos-nya. Aku menyandarkan sepeda pada salah satu tembok pagar. Duduk di kursi semen yang agak basah terdampak hujan semalam, juga embun yang begitu bersemangat menebar sejuknya......”

Penggalan cerpen di atas, menunjukkan bagaimana suasana pada lingkungan di sepanjang jalan menuju sekolah. Serta dengan apa anak yang berama Ezra itu berangat ke sekolah. Penggalan ini menggambarkan suasana sejuk pagi di lingkungan sekolah Ezra. Ia duduk di semen dekat pagar tempat ia menyandarkan sepedanya, seraya menunggu satpam sekolahnya datang. Hal ini juga merupakan cerminan dari kehidupan orang banyak sampai saat ini. Pada masa sekarang juga masih terlihat beberapa siswa datang ke sekolah menggunakan sepeda. Terlebih bagi mereka yang rumahnya tak terlalu jauh dari sekolah mereka.  Mereka yang menggunakan sepeda saat akan pergi ke sekolah, akan berangkat lebih pagi dibandingkan dengan siswa lainnya. Bahkan saat suasana dingin sekalipun mereka tetap semangat melewati sejuknya pagi.

Seperti halnya berolah raga bersepeda dipagi hari saat akan berangkat menuju sekolah ini dianggap para siswa sebagai aktifitas pagi yang menyehatkan. Selain dapat menambah semangat mereka juga. Hal ini menunjukkan bagaimana semangat para siswa dalam menuntut ilmu ataupun dalam pendidikan. Semangat para siswa ini harus terus didukung agar menghasilkan generasi yang baik untuk masa yang akan datang. Generasi selanjutnya tentu akan menentukan bagaimana bangsa dan negara ini ke depannya.  Seperti yang dilakukan oleh Ezra dalam cerpen ini.

“....”hari ini ada piket kelas. Tumben gak bareng Oni sama Nia?” ....”

Sekolah merupakan rumah kedua bagi para siswa, yang juga wajib dijaga kebersihannya. Seperti pada penggalan cerpen ini yang menggambarkan kewajiban setiap murid dalam kelas tersebut. Ya, setiap murid yang terdaftar di sekolah tersebut, wajib mengikuti peraturan sekolah maupun peraturan kelas. Salah satu peraturan kelas yaitu melaksanakan piket kelas. Hal ini juga masih terlhiat di sekolah-sekolah. Walaupun memiliki petugas kebersihan sekolah, namun para siswa juga harus menjaga kebersihan kelas dan sekolah. Mereka yang bertugas pada hari itu akan datang lebih pagi dibandingkan dengan siswa lainya. Begitu pula budaya piket yang masih berkembang hingga sekarang di sekolah-sekolah yang ada. Hal ini juga dapat melatih siswa agar menjaga kebersihan lingkungan, dimanapun ia berada. Juga dapat melatih siswa pentingnya kebersihan dan kesehatan. Karena kesehatan juga berawal dari hidup yang bersih.

“.....kegiatan di sekolah kami dimulai dengan doa dan kemudian mengaji bersama di masing-masing kelas, dengan dipandu seorang siswa yang bertugas membaca Al-Quran pakai pengeras suara....”

Ada sekolah umum ada pula sekolah yang bersifat keagamaan, seperti dalam penggalan cerpen di atas, yang menunjukkan kebiasaan atau budaya dalam sekolah tersebut, yakni berdoa dan mengaji terlebih dahulu. Kegiatan seperti ini memang banyak terlihat pada sekolah yang bersuasana religi. Seperti pada madrasah aliyah, atau sekolah-sekolah yang memiliki keagamaan kental. Seperti pada masa sekarang sekolah yang berbudaya agama juga banyak terlihat pada lingkungan sekitar. Mereka melakukan kebiasaan yang dapat menumbuhkan rasa cinta setiap siswa kepada agama dan Tuhannya. Kebiasaan ini juga terlihat dibeberapa sekolah umum walau tidak terihat begitu banyak. Namun ada beberapa sekolah umum yang juga memulai kegiatannya dengan berdoa dan membaca kitab suci agama masing-masing.  Hal yang perlu ditanamkan pada setiap siswa ini, akan berkembang dengan baik jika diteruskan dan akan menghasilkan generasi muda yang baik pula untuk masa depan.

“.....Aku bahagia dengan semua ini. Tapi, kegelisahan menghampiriku pagi menjelang siang ini. Sabtu ini aku harus mengikuti lomba menulis esai, artikel, juga karya tulis......”

Dalam setiap sekolah pasti memiliki siswa dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Seperti Ezra seorang siswa yang memiliki bakat menulis. Tetapi ia biasa menulis cerita khayalan bukan sejenis esai atau yang lainnya. Hal seperti ini juga banyak terjadi dalam kehidupan seseorang. Mereka hanya selalu bergerak dalam lingkaran atau zona nyaman mereka sendiri. Tetapi pada kenyataannya adalah seseorang akan lebih maju jika mau mencoba pada hal baru. Kebiasaan atau rasa ingin tahu seperti inilah yang jarang ditemui pada diri setiap orang bahkan pada masa sekarang. Pada awalnya, mereka akan merasa ragu karena hal baru tersebut bukan zona nyaman mereka, namun jika merea mau mencoba tentu akan memberi pengalaman baru, pengalaman tersendiri bagi mereka.

....”Ezra berhasil menjadi juara harapan kedua. Rasa haru memenuhi dadanya...”

Banyak siswa yang terdapat dalam sekolah, namun hanya sedikit yang berani mengambil resiko. Hal ini pula yang sering terjadi disetiap lingkungan sekolah. Seperti pada cerpen ini, Ezra yang awalnya ragu dan kesal mengikuti lomba tersebut akhirnya tetap juga mengikuti lomba tersebut. Walaupun dengan susah payah ia mengerjakannya. Hal ini mengatakan bahwa setiap proses pasti membuahkan hasil. Tak jarang pada masa ini masih banyak para generasi muda yang awalnya takut dan ragu untuk mencoba bahkan takut dengan kegagalan akhirnya mencapai hasil yang memuaskan. Keberanian dan rasa ingin tahu seperti inilah yang harus selalu ada dalam hati setiap orang terutama para generasi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar